Ipda Rudi Prasetyo, SH
Wadanki II Satbrimobda Kepri
Wadanki II Satbrimobda Kepri
Enerjik
Di usianya yang sudah menginjak 36 tahun, Inspektur Polisi Tingkat Dua (Ipda) Rudi Prasetyo, SH masih tetap enerjik dan selalu terlihat ceria dalam siatuasi apapun dan dimanapun berada. Sulit untuk melihat bapak 2 putra ini sedih atau bermuram durja.
“Intinya terus tawakkal, jujur dan jalani saja kepercayaan yang sudah diberikan pimpinan kepada kita,” ungkap pria yang selalu melaksanakan puasa Senin-Kamis ini. Apalagi selama ini, sejak berpangkat bintara hingga perwira, suami dari Siti Alfiah, Amd Keb ini menghabiskan karir sebagai anggota polisi di Kesatuan Brimob yang mengajarkan seluruh anggotanya untuk tetap enerjik, ceria dan senang.
Bahkan, pria yang memiliki hobi marathon dan renang ini sangat menjiwai makna ‘jiwa ragaku demi kemanusiaan’ sebagaimana acapkali didengung-dengungkan di lingkungan Brimob. Alumnus Secapa Angkatan XXXV ini mengaku sangat mencintai kesatuannya tersebut dan berharap, sampai pensiun akan selalu bertugas di Brimob.
Selain itu, apa yang sampai hari ini menjadikan dia selalu terlihat enjoy dalam menjalani kehidupan ini adalah berkat didikan orangtua angkatnya seorang anggota TNI-AD yang pernah bertugas di Koramil Wlingi, Kodim 0818/13 Blitar, kota dimana dia dilahirkan. “Saya masih ingat dengan kata-kata beliau, kalau dines, mesti displin,” ujar alumnus Seba Angkatan IX Polri tahun 1993-1994 ini dengan logat Jawanya yang sedikit kental.
Selain dikenal sebagai sosok yang selalu ceria dilingkungan Brimob, ternyata orangtua dari Aliya Afifah Prasetya (7) dan Aldi Bimo Prasetyo (4) ini juga dikenal ceria dilingkungan tempat tinggalnya. Karena keramahan dan sifat ceria tadi, sampai hari ini dia sudah dipercayakan sebagai Ketua RT 06/RW 09 Taman Kota Baloi, Kelurahan Tanjunguma selama 6 tahun.
Berbagai suka maupun duka menjabat Ketua RT juga dilakoninya dengan santai dan penuh tanggungjawab. Berbagai persoalan dilingkungan alumnus Fakultas Hukum Universitas Batam ini menjadikan tambahan pengalaman untuk dirinya menjadi lebih faham dan mengerti dengan berbagai problema kehidupan.
Salah satu pengalaman yang sampai hari ini diingat pria yang pernah bertugas pada Operasi Tatoli III Timor-Timur ini, ketika salah seorang warga melaporkan tentang adanya suara-suara yang mencurigakan diatas loteng rumah warga tersebut yang dikira maling. Namun ternyata ketika diperiksa ternyata, suara gaduh dan rebut tersebut disebabkan oleh kucing yang sedang mengejar tikus.
Masih banyak lagi pengalaman bergaul dengan masyarakat yang sampai hari ini tidak pernah dia lupakan dalam kehidupannya. Yang penting, sebagai Ketua RT harus mampu mendengarkan dan menyerap semua aspirasi yang disampaikan oleh warga dan persoalan yang sedang berkembang.
Mungkin itulah sebabnya sampai hari ini dia masih dipercayakan warga untuk terus menjabat sebagai Ketua RT di lingkungan yang multi etnik, suku dan budaya tersebut. “Jalani saja, tawakkal. Jangan lupa shalat 5 wakktu,” tandas pria yang pernah mengikuti operasi pemulangan WNA Vietnam hingga ke Siagon dan Hanoi ini membuka rahasia dirinya selama ini.(BW)