Sulit Temukan Oleh-Oleh Khas Bintan
TANJUNGUBAN – Minimnya oleh-oleh khas Bintan saat ini menjadi catatan tersendiri bagi salah satu investor yang akan menanamkan modalnya didaerah itu. Mereka juga khawatir kalau Bintan akan kehilangan jati diri (symbol) seiring boomingnya arus kunjungan wisata yang diprediksikan akan melonjak dalam 5 tahun kedepan.
Megat Al Bakri, Head of Marketing Communication Treasure Bay Bintan kepada Warta Tanjunguban mengeluhkan sulitnya mendapatkan souvenir atau kerajinan tangan khas Bintan. “Rata-rata yang saya lihat di Lagoi Cuma khas Bali dan Jawa saja. Khas Bintannya gak ada sama sekali,” tegas Megat belum lama ini.
Bahkan kata Megat, dia sudah berkeliling Bintan namun ternyata diakuinya untuk mendapatkan oleh-oleh khas Bintan, baik itu makanan maupun kerajinan tangan (handy craft) memang sangat sulit sekali untuk didapatkan.
Padahal kata Megat dengan kondisi Bintan saat ini dan dimasa mendatang maka sudah selayaknya masyarakat dan Pemkab Bintan untuk mulai melakukan rintisan dalam menggarap bentuk-bentuk souvenir khas Bintan.
Megat menyayangkan minimnya souvenir khas Bintan dan menurut dia hal ini akan berdampak buruk bagi Bintan sendiri dalam pencitraan dirinya kepada wisatawan yang masuk kedaerah tersebut. “Saya yakin dalam 5-10 tahun kedepan, Bintan akan menjadi primadona turis,” tegas Megat serius.
Dia sendiri sudah melakukan survey kelapangan dan berpendapat bahwa masyarakat Bintan sudah bisa mengembangkan souvenir khas berbahan baku gongong. “Tinggal bagaimana memolesnya lebih baik lagi dan lebih memiliki nilai jual,” tegas Megat.
Dia berpendapat bahwa Gonggong memang makanan khas Bintan yang tidak ditemukan didaerah atau negara lainnya di dunia. Bahkan dia punya ide bisnis agar bagaimana kedepan gonggong bisa diekspor dalam bentuk bahan mentah tahan busuk seperti sardine atau makanan kalengan lainnya.
“Kenapa tidak kalau gonggong ini dijadikan salah satu produk unggulan dari Bintan yang bisa dijual di supermarket-supermarket. Masyarakat yang mau menikmati gonggong tinggal datang ke supermarket lalu tinggal masak dan menikmati saja,” ujar Megat.
Sedangkan Marketing & PR Treasure Bay Bintan Sherly dalam kesempatan yang sama mengakui kalau mereka sudah menjajaki sejumlah kabupaten/kota yang ada di Kepri untuk mencari souvenir atau oleh-oleh yang rencananya akan dipasarkan kepada para turis yang datang ke perusahaan mereka.
Selain itu, mereka juga sudah menjajaki berbagai instansi pemerintah dari tingkat kabupaten/kota hingga ke provinsi untuk melihat atau bisa mengoleksi produk-produk souvenir local. Namun diakui kalau sangat sulit untuk mendapatkan keinginan tersebut.
“Kita ingin membantu masyarakat dan pemerintah dalam memasarkan produk souvenir atau oleh-oleh yang truly Bintan, bukan dari Jawa atau Sumatera. Bintan harus punya landmark sendiri,” tandas Sherly. (BW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar